Wednesday, March 03, 2010
Retret Talenta
Retret kali ini berlangsung selama 3 hari yaitu dari tanggal23 Februari 2010 sampai tanggal 25 Februari 2010.Tema dari Retret ini adalah ………………………………………
Berikut jadwal dari acara retret tersebut :
23 Februari 2010
±14.30 sampai di Pratista
14.30-15.00 pengumuman
15.00-16.30 istirahat , mengatur kamar
16.30-17.40 Doa
18.00-19.00 Sesi 1 (Apa itu Retret)
19.00-21.00 (Who am I)
21.00-23.00 Nonton Film
24 Februari 2010
06.30-07.00 Doa
07.00-08.00 Sarapan
08.00-10.00 Sesi 2
10.00-10.15 Snack
10.15-12.00 Renungan
12.00-13.00 Makan Siang
13.00-15.00 Outbond
15.00-17.00 Istirahat
17.00-18.00 Evaluasi Outbond
18.00-19.00 Makan Malam
20.30-23.00 Ibadat Lilin
25 Februari 2010
06.00-06.30 Doa
06.30-07.00 Istirahat
07.00-08.00 Sarapan
08.00-09.00 Evaluasi Outbond
09.00-10.00 Istirahat , Membereskan kamar
10.00-11.00 Hasil Evaluasi
11.00-12.00 Makan Siang
? Kegiatan-kegiatan :
1. Doa
Tema : mengasihi sesame (Yoh 15:9-17)
2. Sesi 1 Tema : (Apa itu Retret)
Sebelumnya kami diperkenalkan dengan para fraster (calon pastor) yang akan memimpin kita selama retret. Dibacakan peraturan-peraturan yang ada selama retret. Menjelaskan tentang makna Retret : 1. Take off, 2. tindakan mengundurkan diri dari kesibukan, 3. Mensekatkan diri kepada Tuhan, 4. Memaknai pengalaman, 4. Waktu untuk berdistansi, 5. Waktu untuk pertobayan,dan masih banyak lagi
3. Tema ¬: (Who am I) Luk 10:25-37
Kita harus menyadari siapa diri kita, apa kelebihan dan kekurangan kita, seperti apa diri kita di mata orang lain. Kemudian di sini kami dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu: 1. Bobotoh Multi Telenta dan 2. Spartam
4. Sesi 2
Kita harus peduli terhadp orang lain, kita harus menghormati orang tua. Di sini kita di suruh membuat symbol tentang diri kita dan kemudian menjelaskannya kepada teman-teman. Kemudian kita melihat Video-video tentang kepedulian, seperti video tentang seekor burung yang mau membagi makanannya dengan adik-adiknya.
5. Outbond
Kami dibagi dalam 10 kelompok dan disuruh melakukan game-game yang ada di sana.
6. Evaluasi Outbond
Kami diajak untuk mengevaluasi semua kegiatan outbond, bagaimana kita bekerjasama dalam menyelesaikan game-game tersebut.
7. Ibadat Lilin
Kami disuruh berdoa untuk teman-teman kita, keluarga kita, dan guru kita. Disini kami berdamai dengan semua guru dan teman-teman.
8. Hasil Evaluasi
Di sini kita harus menuliskan kesan pesan kita selama retret di Pratista, kesan dan pendapat kita kepada fraster, pendapat kita tentang sesi-sesi yang disajikan.
Paragraf, kalimat utama, dan kalimat penjelas
Paragraf : karangan mini atau pendek yang terdiri dari satu kalimat utama danbeberapa kalimat penjelas yang membentuk satu kesatuan pikiran. Kesatuan pikiran dikembangkan melalui kalimat utama dan kalimat –kalimat penjelas.
Kalimat utama atau kalimat pokok atau kalimat topik adalah kalimat tempat menuangkan pokok pikiran atau gagasan utama. Pokok pikiran atau gagasan utama sama dengan ide pokok gagasan pokok.
Kalimat penjelas adalah kalimat yang berisi gagasan yang mendukung atau menjadi penjelasan kalimat utama. Kalimat-kalimat penjelas dalam setiap paragraf harus membentuk satu kesatuan gagasan. Dalam komposisi hal itu disebut kohesif. Di samping itu, hubungan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain dalam satu paragraf harus saling berhubungan yang disebut koheren.
Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
1. Paragraf deduktif
Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.
Contoh :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka usaha baru.
Keterangan :Kalimat yang tercetak miring sebagai pokok pikiran sedangkan yang lain sebagai penjelas.
2. Paragraf Induktif
Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik
Contoh
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancar. Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa alat komunikasi yang penting, efektif, dan efisien.
3. Paragraf Campuran
Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.
Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf.
Contoh 1
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
2. MACAM-MACAM POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF
1. Pengembangan Umum-Khusus
Paragraf yang dimulai dengan pikiran pokok kemudian diikuti oleh pikiran-pikiran penjelas
Contoh: Pada waktu menulis surat kita harus tenang. Kalau sedang sedih, bingung, kesal, atau marah kita jangan menulis surat. Kesedihan, kebingungan, kekesalan, dan kemarahan itu akan tergambar dalam surat kita. Mungkin akan tertulis kata-kata yang kurang terpikir, terburu nafsu, dan dapat merusak suasana.
2. Pengembangan Khusus-Umum
Paragraf yang dimulai dengan pikiran-pikiran penjelas kemudian diikuti oleh pikiran pokok atau kesimpulan.
ContohDengan bahasa, manusia dapat menyampaikan bermacam-macam pikiran dan perasaan kepada sesama manusia. Dengan bahasa pula, manusia dapat mewarisi dan mewariskan semua pengalaman dan pengetahuannya. Seandainya manusia tidak berbahasa, alangkah sunyinya dunia ini. Memang bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Tuesday, March 02, 2010
Hama dan Penyakit pada Talaman ;Fitapatologi
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktek istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan.
Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria.
Istilah "suci hama" juga digunakan sebagai padanan kata "steril" dalam pengertian bebas dari penyebab kontaminasi.
Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau organisme pengganggu yang disebut hama karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi.
Pengendalian hama berumur setidaknya sama dengan pertanian, lantaran petani perlu mempertahankan tanamannya dari serangan hama. Untuk memaksimalkan hasil produksi, tanaman perlu dilindungi dari tanaman dan hewan pengganggu.
Jenis Hama Pada Aglaonema ( semua tanaman )
Hama
Hama adalah hewan penggangu tanaman yang secara fisik masih dapat dilihat secara kasat mata tanpa bantuan alat . Hama pada aglaonema bermacam-macam dan gejalanya berbeda-beda . Setiap hama memiliki cara penanggulangan tersendiri .
1. Kutu Putih / Kutu kebul
Kutu ini lebih banyak menyerang aglaonema di daratan rendah dibanding dengan di dataran tinggi . Kutu putih Whitefly ini dapat ditemukan di batang dan daun bagian bawah . Kutu tersebut mengisap cairan daun dan meninggalkan jelaga pada daun . Hama ini dapat ditanggulangi dengan membersihkannya dengan kapas yang telah dicelupkan insektisida encer . Setelah itu , daun disemprot kembali dengan insektisida . Insektisida kontak atau sismetik yang bias digunakan , Mitac 200 EC dosis 1-2ml/l , dan Confidor 200 SL dosis 1 ml/l .
2. Ulat
Hama ulat ada yang menyerang daun , yaitu Spodoptera sp . , ditandai dengan daun muda atau setengah tua yang rombeng dari pinggir . Ada juga ulat yang menyerang batang , yaitu Noctuidae . Penanggulangannya dapat dilakukan dengan mengambil ulat secara mekanis . Namun , bila jumlahnya sudah banyak , ulat dapat dibasmi dengan menyemprotkan insektisida 2 minggu sekali . Insektisida yang dapat digunakan adalah Decis 25 CE 0,5-1 ml/l , Atabron 1 ml/l , atau Buldok 25 EC dosis 0,5-2 ml/l .
3. Belalang
Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat , yaitu daun menjadi rombeng . Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual . Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun biasanya belalang tidak dapat terbang dengan sayap basah . Anda juga dapat menyemprotkan Confidor 200 SL dosis 1 ml/l . Campurkan Decis 2,5 EC dosis 0,75-1 ml/l dengan frekuensi penyemprotan 2 minggu sekali .
4. Kutu Perisai
Hama ini menyerang bagian daun . Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun . Sesuai namanya , kutu ini memiliki bentuk fisik seperti perisai pada punggungnya . Kutu perisai dapat diatasi menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate .
5. Root Mealy Bugs
Hama ini menyerang bagian akar tanaman , bentuknya seperti kutu putih . Tanaman menjadi kurus , kerdil , daunnya mengecil dan layu . Anda dapat menanggulangi dengan mengganti media tanam . Selain itu , gunakan insektisida Confidor 200 SL dosis 0,5-0,75 ml/l atau
6. Kutu Sisik
Menyerang bagian daun , pelepah , batang dan bunga . Bentuknya seperti lintah dengan ukuran yang jauh lebih kecil . Kutu sisik dapat menyebabkan daun mengerut , kuning , layu , dan akhirnya mati . Anda juga dapat menyemprotkan insektisida Confidor 200-SL atau Agrimex 18 EC dosis 1 ml// dengan frekuensi 1 minggu sekali.
Hama
Hama adalah hewan penggangu tanaman yang secara fisik masih dapat dilihat secara kasat mata tanpa bantuan alat . Hama pada aglaonema bermacam-macam dan gejalanya berbeda-beda . Setiap hama memiliki cara penanggulangan tersendiri .
1. Kutu Putih / Kutu kebul
Kutu ini lebih banyak menyerang aglaonema di daratan rendah dibanding dengan di dataran tinggi . Kutu putih Whitefly ini dapat ditemukan di batang dan daun bagian bawah . Kutu tersebut mengisap cairan daun dan meninggalkan jelaga pada daun . Hama ini dapat ditanggulangi dengan membersihkannya dengan kapas yang telah dicelupkan insektisida encer . Setelah itu , daun disemprot kembali dengan insektisida . Insektisida kontak atau sismetik yang bias digunakan , Mitac 200 EC dosis 1-2ml/l , dan Confidor 200 SL dosis 1 ml/l .
2. Ulat
Hama ulat ada yang menyerang daun , yaitu Spodoptera sp . , ditandai dengan daun muda atau setengah tua yang rombeng dari pinggir . Ada juga ulat yang menyerang batang , yaitu Noctuidae . Penanggulangannya dapat dilakukan dengan mengambil ulat secara mekanis . Namun , bila jumlahnya sudah banyak , ulat dapat dibasmi dengan menyemprotkan insektisida 2 minggu sekali . Insektisida yang dapat digunakan adalah Decis 25 CE 0,5-1 ml/l , Atabron 1 ml/l , atau Buldok 25 EC dosis 0,5-2 ml/l .
3. Belalang
Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat , yaitu daun menjadi rombeng . Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual . Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun biasanya belalang tidak dapat terbang dengan sayap basah . Anda juga dapat menyemprotkan Confidor 200 SL dosis 1 ml/l . Campurkan Decis 2,5 EC dosis 0,75-1 ml/l dengan frekuensi penyemprotan 2 minggu sekali .
4. Kutu Perisai
Hama ini menyerang bagian daun . Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun . Sesuai namanya , kutu ini memiliki bentuk fisik seperti perisai pada punggungnya . Kutu perisai dapat diatasi menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate .
5. Root Mealy Bugs
Hama ini menyerang bagian akar tanaman , bentuknya seperti kutu putih . Tanaman menjadi kurus , kerdil , daunnya mengecil dan layu . Anda dapat menanggulangi dengan mengganti media tanam . Selain itu , gunakan insektisida Confidor 200 SL dosis 0,5-0,75 ml/l atau
6. Kutu Sisik
Menyerang bagian daun , pelepah , batang dan bunga . Bentuknya seperti lintah dengan ukuran yang jauh lebih kecil . Kutu sisik dapat menyebabkan daun mengerut , kuning , layu , dan akhirnya mati . Anda juga dapat menyemprotkan insektisida Confidor 200-SL atau Agrimex 18 EC dosis 1 ml// dengan frekuensi 1 minggu sekali.
Bahaya pestisida dapat kita tekan dengan mulai berkebun secara organik dan alami. Semakin banyak publikasi informasi hasil penemuan dan riset mengenai potensi bahan-bahan alami pengganti pestisida. Di sisi lain, peran aktif para pekebun untuk menerapkannya pada lingkungan sangat diharapkan, tidak terkecuali untuk hobiis taman skala taman rumahan.
Untuk mengatasi hama pada tanaman, pest management dengan pendekatan alami juga dapat dilakukan sebagai bagian dari langkah mengurangi penggunaan pestisida. Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain menggunakan serangga yang menguntungkan.
Serangga disebut merugikan adalah jika kehadirannya dapat merugikan tanaman. Misalnya, karena ulahnya, banyak daun yang robek termakan serangga atau menjadi kuning dan layu. Ini dapat dipastikan dengan memeriksa tanaman yang terindikasi diserang serangga itu. Bisa jadi disebabkan oleh sejenis kutu atau ulat pada akar tanaman, sehingga pertumbuhannya terganggu.
Untuk menekan penggunaan pestisida, jika pada sebuah tanaman terlihat beberapa serangga yang menjadi hama, ada baiknya jangan langsung melakukan pest management yaitu penyemprotan pestisida. Jika taman tidak terlalu besar, serangga dapat dikurangi jumlahnya dengan cara mekanis, yaitu langsung memungut, mematikan serangga, dan membuangnya pada tempat sampah yang tertutup.
Langkah ini jelas lebih aman dibanding dengan menyemprotkan pestisida setiap kali ada sedikit serangga terlihat di taman. Ini akan membuat tanah dan air tanah lambat laun dapat tercemar racun pestisida. Selain itu, efek negatif pestisida juga akan melekat pada bagian tanaman yang sering tersemprot, sehingga beracun jika termakan oleh binatang atau terkena kulit pada anak-anak yang sedang bermain di dalam taman.
Sebelum sampai pada tahap merugikan, kita dapat mengontrol kehadiran hama serangga tersebut dengan memanfaatkan kehadiran serangga yang menguntungkan. Keberadaan serangga atau binatang tersebut dapat menjadi pemakan hama yang merugikan tamanan.
Sebut saja jenis Phytoseiulus persimilis yang akan memangsa spider mites yang sering kali ada pada tanaman hias kita. Bahkan untuk jenis aphids tertentu yang sering kita duga menjadi hama, juga terdapat jenis aphids yang menguntungkan.
Untuk mengetahui dan menghadirkan serangga yang menguntungkan tersebut, ada dua hal yang dapat kita lakukan, yaitu perbanyaklah membaca informasi yang terkait serta lakukanlah pengamatan langsung di dalam taman. Saat melakukan penyiraman, kita dapat mengamati apa saja yang ada di taman kita.
Keberadaan serangga akan cepat kita ketahui saat melihat terdapat bagian tanaman yang rusak, robek atau mengkerut. Amatilah gejala-gejala awal kehadiran setiap serangga hingga pada tahap efek keberadaannya terhadap tanaman.
MENGENAL BEBERAPA PENYAKIT TUMBUHAN
PENGENALAN
Kehadiran hama dan penyakit di pertanaman tumbuhan jelas merugikan.Langkah pengendalian hanya bisa dilakukan bila para petani mengenal dengan baik gejala serangan atau penyakit yang ditimbulkan masing-masing organisme penyebabnya.Budidaya tanaman tumbuhan seperti sayuran daun , bunga , buah mahupun umbi memerlukan pengamatan yang cermat. Dengan begitu , serangan hama mahupun organisme penyebab penyakit dapat segera dikendalikan. Berikut disajikan beberapa gejala serangan hama dan penyakit penting yang biasa menyerang tanaman tumbuhan.
PENYAKIT PENTING SAYUR-SAYURAN
Penggerek umbi kentang
Gejalanya pada kulit umbi terdapat kumpulan kotoran ulat berwarna cokelat tua.Jika umbi dibelah , didalamnya terdapat alur-alur. Warna daun merah dan terdapat jalinan benang yang meliputi ulat.Penyebab utama ialah Phthorimaea operculella.Hama berupa ulat berwarna kelabu dengan ukuran panjang 1 cm. Kelak saat dewasa ia berubah menjadi ngengat yang sayapnya berumbai-rumbai berwarna kelabu.Pengedalian ialah tanaman dibumbun, disemprot dengan insektisida Hostathion 40 EC atau Dursban 20 EC.Gudang disucihamakan sebelum digunakan.
Penyakit hawar daun kentang
Penyebab utama ialah Jamur Phytophthora infestans.Gejalanya ialah bercak nekrotik di tepi-tepi daun, yang meluas ke seluruh bagian daun, terutama pada suhu rendah dan kelembapan serta curah hujan tinggi.Pengendalian dengan menanam jenis yang tahan penyakit,menggunakan bibit bukan dari pertanaman sakit, dan disemprot dengan fungisida Vitigran Blue, Dithane M-45, Vondozeb,Antracol atau Difolatan 4F.
Hama pemakan daun kubis
Ulat makan daun tanpa kulit arinya (epidermis) sehingga daun ‘berjendela’ dan tampak memutih.Pada serangan berat, daun berlubang-lubang hingga tinggal tersisa tulang daun saja.Penyebab utama ialah Plutella xylostella atau disebut hama putih.Ulat berwarna hijau muda,berbulu hitam.Kepala kekuningan dengan bercak-bercak gelap.Ukuran tubuh 9 mm.Pengendalian biologis dengan bakteri bacillus thuringiensis.Penjebakan serangga dewasa dengan lampu dan cawan berisi air.
Penyakit busuk basah kubis
Daun berbercak kebasahan yang bentuknya tidak teratur.Akibat infeksi bakteri sekunder, tanaman mengeluarkan bau busuk yang khas.Bakteri Erwinia carotovora pv.carotovora adalah penyebab utama.Cara pengendalian ialah menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman sakit, menanam dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat supaya kelembapan tidak tinggi.
Penyakit akar gada kubis
Akar yang jamur adakan pembelahan dan pembesaran sel yang akan bentuk bintil.Bintil-bintil akan bengka dan tanaman merana, daun menjadi hijau kelabu dan cepat layu.Jamur Plasmodiophora brassicae adalah penyebeb utama.Pengendaliannya ialah mencegah masuknya jamur penyebeb ke lahan-lahan yang masih bebas patogen, pengapuran dan memperlakukan tanah dengan Benlate,Vapam , Brassicol, atau basamid G.
Hama Thrips pada cabai
Daun yang terserang berubah bentuk.Permukaan bawah daun pula berwarna putih keperakan dan buah berubah bentuk dan terlihat jaringan.Penyebabnya ialah serangga
Thrips sp.Penyemprotan insektisida Agrimec 18 EC,Thiodan 35 EC,atau Bayrusil 250 EC.
Penyakit busuk daun bawang merah
Di dekat ujung daun timbul bercak hijau pucat.Daun segera menguning, layu dan mengering.Daun mati yang berwarna putih diliputi jamur hitam.Jamur Peronospora destructor adalah penyebeb utama.Memakai benih sehat,membakar daun-daun sisa panen, menyemprotkan fungisida Daconil 75 WP atau Derosal 60 WP.
Hama penggerek buah tomat
Bahagian ujung buah dan dekat lubang terdapat kotoran hama.Penyebabnya ialah Helicoverpa armigera.Rotasi tanaman dengan tanaman yang tahan terhadapnya,melepas musuh alami (Microptilis manilae).
(GAMBAR RAJAH RUJUK PADA LAMPIRAN)
PENYAKIT NILAM
Sebagai tanaman industri penghasil minyak asiri,tanaman nilam juga tidak lepas dari serangan hama dan penyakit.Antara penyakit yang sering menyerang areal pertanaman nilam adalah seperti berikut.
Layu bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum.Tanaman yang terserang biasanya akan layu dan akhirnya mati.Umumnya hanya 2-5 hari.Penyakit seperti ini disebut oleh petani Aceh sebagai penyakit mati bujang.Serangan layu dimulai dari pucuk tanaman,kemudian menyebar ke seluruh tanaman.Kulit akar sekunder mengelupas dan akar serabut banyak yang busuk.Bila sayatan diperas atau direndam dalam air jernih steril,ooze dari bakteri akan keluar seperti lendir.Penggunaan antibiotik Agrept dan Agrymicin dapat mengatasi serangan.Tapi cara yang lebih baik ialah mencabut semua tanaman yang sudah layu dan bakar di luar kebun.
Budok
Penyakit ini disebabkan oleh virus atau MLO(Mycoplasm Like Organism) yang disebar oleh serangga vektor.Daun mula berubah bentuk menjadi seperti kerupuk dengan ketebalan melebihi daun normal.Warna permukaan daun bagian bawah menjadi kasar,tulang daun menebal dan keriput.Kelainan ini akan menyebar sampai ke pucuk dan daun-daun lain dalam satu pohon.Hingga akhir pertumbuhan tanaman tertekan dan tidak bisa bertambah besar,serta konopinya pun mengecil.Untuk mencegah serangan,penyemprotan insektisida secara rutin seperti dengan Sevin 85 S,Basudin atauAzodrin 15 % selang 2-6 minggu sekali.
Akar putih
Gejala yang tampak mirip gejala serangan bakteri,hanya proses kematiannya jauh lebih lambat.Daun-daun biasanya berubah menguning dengan warna ungu yang menonjol pada permukaan sebelah bawahnya.Ia disebabkan oleh jamur Rigidoporus sp biasanya terlihat ada benang-banang putih.Pencegahan dengan penyemprotan fungisida seperti Galarom pada tanaman 1-2 hari dengan selang waktu 7 hari.
Bercak daun
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporivides dan fusarium sp.Penyebaran dan penularannya lebih banyak melalui udara dan percikan air yang mengandung spora.Gejala serangganya ada bercak-bercak hitam besar atau kecil yang kebanyakan berada di pinggir daun.Serangan penyakit ini tidak menimbulkan masalah bagi petani sebab kebiasaan petani memungut semua daun yang berguguran pada waktu panen untuk disuling turut mengurangi inokulum jamur itu.
PENYAKIT JAMBU BIJI DI MALAYSIA
Selain itu,jambu biji juga sering diserang hama dan penyakit.Jika ia tidak segera dikendalikan,dapat merusuk tanaman dan buahnya,bahkan dapat mematikan tanaman itu.Di Malaysia,antara penyakit jambu biji yang cukup merugikan adalah seperti berikut.
Bengkak akar
Penyebab penyakit ini adalah nematoda Meloidogyne incognita, sejenis cacing halus yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.Serangan nematoda dapat diketahui dari pertumbuhan tanaman yang kuntet (kerdil) dan tidak segar.Akar menjadi jarang dan warna daun berubah kekuningan.Buahnya kecil dan lebih cepat matang. Tanaman yang sudah terserang sistem perakarannya tidak sempurna , bengkak, serta warnanya berubah. Pencegahan dengan menggunakan bibit yang bebas nematoda. Jika tanaman yang sudah diserang dikenalikan dengan nematisida phenamifos dan carbofuram .
Kudis
Cendawan pestalotiopsis psidii penyebab penyakit kudis ini hanya bisa masuk ke jaringan buah melalui luka yang biasanya disebabkan oleh kepik helopeltis. Makin lama bintik membesar berukuran 1-3 mmdan bentuknya bulat dan cokelat kehitaman. Penyakit itu bisa diatasi dengan cara menyemplotan fungisida yang mengandungi cuprum atau zinc
Antraknosa
Penyakit yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporoides ini lebih banyak menyerang buah. Genjala awal, tampak bintik-bintik kecil dan pada buah. Bintik ini makin lama makin membesar dan menyatu membentuk luka besar dengan lekuk ke dalam. Pengendalian dapat dilakukan dengan meyemprotkan fungisida pada buah yang dibungkus. Fungisida yang biasa digunakan mengandungi bahan aktif benomyl, carbendazim, carbendazim mancozeb, thiophanate methyl, chlorothalonil, propiconazole dan fentin acetate.
ANCAMAN HAMA PHYLLOXERA PADA BUAH ANGGUR
Hama phylloxera pernah meluluhlantakkan kebun anggur di Amerika utara , Eropa , dan Australia . Memang di Indonesia hama ini belum termasuk hama penting, tetapi bukan tak mungkin akan menebar ancaman bagi kebun-kebun anggur di daerah pengembangan.Dengan gejala benjol-benjol pada akar, batang dan daun, hama ini bisa menyebabkan tanaman layu , kerdil , serta menurunkan produksi buah. Dengan itu , cara pengendalian yang baik haruslah dilaksanakan.
Penyakit Phylloxera
Phylloxera kerap dianggap sebagai penyakit yang menyerang tanaman anggur kerana sosok hamanya tidak mudah terlihat.Phylloxera adalah sejenis kutu yang hidup di bawah jaringan kulit kayu (gabus) yang telah mengering. Nama lengkapnya adalah Phylloxera vitifoliae , anggota famili Aphidae (keluarga kutu). Produksi anggur di Jawa memiliki kondisi tanah yang tergolong berat (alluvial). Tanah seperti ini pada musim kemarau akan terbelah-belah.. Dengan kondisi tanah yang terbelah-belah ini akar anggur mudah rusak dan kulitnya gampang terkelupas, sehingga memungkinkan tanaman terserang kutu akar phylloera. Tempat yang dihuni kutu tersebut akan membengkak dan membentuk benjolan-benjolan. Daun, batang dan akar, berbenjol-benjol. Di bawah benjolan terdapat kutu. Besar kecilnya benjolan tergantung banyaknya populasi kutu.
Akar tanaman yang penuh dengan benjolan phylloxera sulit menyerap air dan hara dari dalam tanah. Akibatnya tanaman layu dan tumbuh kerdil serta kemampuan berbuahnya rendah sekali.Salah satu cara ampuh untuk mengatasi serangan hama kutu akar adalah menggunakan bibit hasil okulasi. Bibit okulasi itu dapat ditanam setelah berumur 6-12 bulan. Selain tahan terhadap phylloxera , bibit anggur okulasi itu pun tahan terhadap nematoda bintil akar.
Kubis-kubisan dan selada
Penyakit akar gada paling sering ditemukan di kol, kubis bunga ,brokoli, dan selada. Akar tanaman berbintil-bintil. Bintil menyatu sehingga akar terlihat bengkak. Penyakit ini ditemukan di daerah yang intensif menanam kubis-kubisan , seperti di Pangalengan ,Lembang, Garut.
Penggunaan pupuk kandang belum matang ditambah tanah masam mempercepat perkembangbiakannya.Penyakit yang disebabkan cendawan Plasmodiophora brassicae ini belum ada ubatnya. Penanaman selada dengan sistem hidroponik jarang terserang.
Risiko lain yang perlu diwaspada ialah penyakit busuk hitam.Bakteri Xanthomonas , biang keladinya, membuat tepi daun berwarna kuning kecokelatan.Tulang-tulang daun cokelat tua atau hitam. Sepintas pada daun terlihat bentuk menyerupai huruf “V” berwarna kuning kecokelatan.Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan fungisida tembaga, seperti Copper Sandoz.(2 gram/1), Tocida 60 WDG (1 gram/1).Cupravit (2.5 gram/1). Trimiltox (2.5 gram/1).
Rekan busuk hitam yang lain ialah busuk basah. Penyakit ini juga disebabkan bakteri. Namanya Erwinia. Batang, daun atau krop berwarna cokelat basah. Aroma busuk menusuk hidung. Serangan banyak terjadi di musim hujan. Pemakaian sungkup plastik transparan di setiap guludan sangat mengurangi intensitas serangan.Menutup daun dengan lidi juga demikian. Namun, penutupan daun mengakibatkan warna kol menjadi lebih pucat.
Kubis-kubisan dan selada sering mengalami kekurangan unsur boron. Batang tanaman berlubang di bahagian tengah. Pada kol bunga dan brokoli, ukuran krop yang terbentuk tidak maksimal. Antarcabang bunga lebih cepat terpisah.
Jika ditanam di lahan terbuka, pupuk kandangnya harus benar-benar matang. Penggunaan pupuk CaB dapat dipertimbangkan. Sementara pupuk Borate dan Fertibor 2 gram/1 air dipakai saat serangan berat.
ANCAMAN PENYAKIT PEMBIBITAN PADA BUAH PEPAYA
Ada anggapan bahawa tanaman pepaya itu mudah.Jika penanaman hanya untuk kebutuhan sendiri, memang demikian.Namun, saat dikebunkan secara komersial, penyakit dumping off dan kapang daun di pembibitan menjadi hantu menakutkan.
Dumping off
Dumping off timbul kerana aerasi jelek atau kelembapan tinggi.Pemakaian pupuk kandang belum matang memicu munculnya penyakit ini.Di dataran tinggi, Phythium aphanidermatum tidak aktif.Peranannya diambil alih oleh Rhizoctonia dengan gejala serangan sama.Rebah batang dapat dihindari dengan memakai media semai steril.Sterilisasi dilakukan dengan medium suap air panas atau pemberian Basamid atau formalin 4% selama 24 jam.
Kapang daun
Saat udara dingin, apalagi berkabut, daun pepaya yang masih muda sering berkerut-kerut.Di atasnya tumbuh miselium abu-abu. Ini disebabkan hadirnya cendawan Cladosporium oxysporum.Daun terserang keriting dan berwarna pucat, sehingga ada dugaan munculnya serangan virus.
Padahal, sebenarnya itu terjadi kerana ada hama thrips (Thrips parvispinus) menggigit daun pepaya muda. Timbullah luka tersebut sampai akhirnya mematikan bibit.Antara langkahnya untuk mencegah serangan penyakit pada bibit pepaya ialah semaikan biji langsung ke dalam pot kecil atau tanam biji yang telah berkecambah ke pot. Buka peneduh tempat persemaian pada waktu-waktu tertentu. Tujuannya untuk memacu pertumbuhan bibit.
KESIMPULAN
Memanglah tidak dapat dinafikan bahawa kehadiran hama dan penyakit pada tumbuh-tumbuhan jelas membawa kerugian kepda para pengusaha tanaman tumbuhan.Malah ia juga akan membawa kemudaratan kepada kesihatan manusia jika termakan tumbuhan yang berpenyakit tersebut. Dengan itu , langkah-langkah pengendalian dan pencegahan yang sewajarnya haruslah dilaksana dan dipatuhi .
Fitopatologi
Fitopatologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari penyakit tumbuhan. Berasal dari gabungan kata bahasa Yunani: phyton berarti tumbuhan; pathos berarti sakit atau menderita; logos berati ilmu atau pengetahuan. Secara biologis tumbuhan dikatakan sakit bila tidak mampu melakukan kegiatan fisiologis secara normal, yang meliputi respirasi, fotosintesis, penyerapan gizi yang diperlukan dan lain-lain. Selain itu tanaman sakit juga tidak dapat menunjukkan kapasitas genetiknya, seperti berdaya hasil tinggi, morfologi yang normal dan lain-lain.
Studi ilmu penyakit tumbuhan meliputi studi tentang penyebab penyakit, studi tentang interaksi antara penyebab penyakit - tumbuhan inang dan lingkungan, studi tentang fisiologi tanaman sakit. Studi penyakit tumbuhan dalam populasi tumbuhana disebut epidemiologi.
Berdasarkan penyebabnya penyakit tumbuhan dikelompokkan dalam:
- penyakit yang disebabkan oleh penyebab non hidup (abiotik), penyakit demikian bersifat tidak menular (noninfectious), dan
- penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jasad hidup (biotik), yang bersifat menular.
Penyebab penyakit abiotik antara lain adalah kekurang unsur hara, suhu yang sangat rendah ataupun sangat tinggi, pencemaran (polusi). Penyekait tumbuhan biotik antara lain adalah jamur (fungi), bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan parasitik.
Fitopatologi di Indonesia
Di Indonesia, kegiatan penelitian penyakit tumbuhan telah berlangsung sejak era penjajahan Belanda (Hindia Belanda). Penelitian banyak ditujukan pada penyakit tanaman perkebunan yang diusahakan oleh Belanda, antara lain tebu, tembakau, karet, kopi, kakao dan lain-lain.
Peneliti dalam bidang ilmu ini kebanyakan adalah orang-orang Belanda, sehingga saat awal kemerdekaan terjadi kekurangan tenaga peneliti. Salah satu ahli ilmu penyakit tumbuhan pada awal kemerdekaan adalah Prof. Dr. Ir. Toyib Hadiwijaya, seorang Guru Besar pada Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor yang sekarang menjadi Institut Pertanian Bogor. Selanjutnya jumlah ahli ilmu penyakit tumbuhan makin bertambah banyak, dan pada tanggal 3 - 5 Agustus 1970 mengadakan pertemuan di Perkebunan Teh Pagilaran (milik UGM, dan membentuk organisasi profesi bernama Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI).
Setiap dua tahun PFI menyelenggarakan Kongres dan Seminar Ilmiah; kongres terakhir pada tahun 2003 diselenggarakan di Purwokerto, Jawa Tengah. Pendiri organisasi yang saat ini masih ada kebanyakan telah purna tugas, mereka antara lain adalah Prof. Dr. Ir. Haryono Semangun (Guru Besar Emeritus Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Ir. Sutrino Hadi (Guru Besar Emeritus Institut Pertanian Bogor) dan Prof. Dr. Mien Achmad Rifai (Guru Besar Universitas Indonesia).